BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan
menyentuh hampir semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu
harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar
dapat beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk
profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan
intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah
pasien-pasien yang memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan
hidup mereka, diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe
pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama
perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu
menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan
teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses yaitu transfer dan
transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan. Tranfer
teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu pada tugas, peran atau
penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok profesional
kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform (perubahan) teknologi
mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari teknologi
keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan hasil yang
akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat
ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat
dan kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari
keperawatan. Perawat pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih
kurang akan menganggap ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya
bisa melakukan monitoring dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada
perawat yang sudah berpengalaman akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator
sebagai bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
kepada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif terhadap profesi
keperawatan.
Penguasaan terhadap
teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk mengontrol pekerjaannya
(Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar
mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu
perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Alat Bantu Ventilasi.
1.2.2 Tujuan
Khusus
a.
Mahasiswa mengetahui definisi bantuan ventilasi.
b.
Mahasiswa mengetahui jenis-jenis bantuan ventilasi.
c.
Mahasiswa mengetahui setting ventilator.
d.
Mahasiswa mengetahui indikasi klien yang mendapat
bantuan ventilator.
e.
Mahasiswa mengetahui komplikasi klien yang terpasang
ventilasi.
f.
Mahasiswa mengetahui peran perawat pada klien dengan
ventilator.
1.3
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada
dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan
maupun di internet.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Ventilasi
mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi
mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan
“wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat
bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi
pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik
adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat
bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang menghasilkan aliran
udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan
ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki
hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator
diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua
kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai
sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi
akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).
a. Ventilator
Tekanan Negatif
Ventilator
tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara untuk
mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis,
jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis
ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral
amiotrofik, dan miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori
sering.
Ventilator
tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan intubasi
jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan
fungsi pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular. Akibatnya,
ventilator ini sangat baik untuk digunakan di lingkungan rumah. Terdapat
beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest
cuirass.
Drinker
Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan
negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas
selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien
yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
Body Wrap
(Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat
portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik
tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan
ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan
dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b.
Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif
menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas,
serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang
selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan
intubasi endotrakea atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di
lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan
penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain,
siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan
utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara atau oksigen
dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas
pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal
yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada
orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan
jangka pendek di ruang pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis
ini adalah mesin IPPB.
2.
Ventilator
Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah
waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Sebagian besar ventilator
mempunyai frekuensi kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi
waktu-pensiklus murni jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini
digunakan pada neonatus dan bayi.
3. Ventilator
Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif
yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume
udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala
volume preset ini telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan
ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya, volume udara
yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan, sehingga memastikan
pernapasan yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.
2.1.3 Gambaran dan Pengesetan Volume
Vetilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator
mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam
harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan
paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas
darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama
sekali gangguan kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin
untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).
2. Sesuaikan
mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg).
Pengesetan ini dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan
pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.
3. Catat
tekanan inspiratori puncak.
4. Atur cara
(bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi sesuai
dengan program medik dokter.
5. Jika
ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya sehingga
pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg
dorongan inspirasi negatif).
6. Catat volume
1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan PO2, setelah 20
menit ventilasi mekanis kontinu.
7. Sesuaikan
pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan gas darah
arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
8. Jika pasien
menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking” ventilator karena alasan yang
tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada oksigen 100%
dengan bag resusitasi.
2.1.4
Indikasi Ventilasi Mekanis
Jika
pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH),
maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi
di bawah ini diindikasikan menggunakan ventilator mekanis.
1) Gagal Napas
Pasien dengan distres
pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan
pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah
mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas
yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan
atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia)
maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena
distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator
mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok
kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan
(system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi
beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien
dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan
ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan
napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi
pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan
operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
2.1.5 Setting Ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu
:
a. Frekuensi pernafasan
permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam
satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter
alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR
sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah
8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan
paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien
PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika
pasien menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi
oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan
oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada
awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio
inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio
inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1)
Waktu inspirasi
merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.
2)
Waktu
istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3)
Waktu
ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
4)
Rasio
inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit
pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator
volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai
sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah
antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah
seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang
diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin
susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah
menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus
dipasang dalam kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja
dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP
mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
2.1.6 Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena
diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan
terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase
ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator
mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama
inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada
akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
Efek
Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah
yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output
juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah
yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan
positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac
output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan
oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12
ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun;
perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala
akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
2.1.7
Komplikasi
Ventilator adalah alat
untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator mekanis memerlukan
observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1.
Komplikasi
pada jalan nafas
Aspirasi
dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat meminimalkan
resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang, mempertahankan
manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara
adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas
harus diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung.
Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat.
Kebanyakan
pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua tangan, karena
ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi adalah komplikasi
yang pernah terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset masih mengembang
dapat menimbulkan kerusakan pita suara.
Prosedur
intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi
meliputi:
a. Intubasi
lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
b. Intubasi
batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang, meningkatkan laju
mortalitas.
c. Intubasi
sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
Pnemonia Pseudomonas
sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu kemungkinan potensial dari
alat terkontaminasi.
2.
Masalah
Selang Endotrakeal
Bila selang diletakkan secara
nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi
selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan
otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau
terjadi demam dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus
diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi.
Beberapa derajat kerusakan
trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat
diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh
tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia
telah dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20 mm/Hg.
Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi dapat terjadi.
3.
Masalah Mekanis
Malfungsi
ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator diperiksa
oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran
dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi
aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi,
bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara
latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi mekanis yang
menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan
asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan efektivitas
ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA
normal mereka, yang dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
4.
Barotrauma
Ventilasi
mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada, menciptakan tekanan positif
selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan
melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau
emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan
pneumotorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba
dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator menggambarkan
peningkatan tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada
auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada. Observasi
pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan paling menonjol
menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan henti jantung tanpa
intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum,
intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif
dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan
cepat.
5. Penurunan
Curah Jantung.
Penurunan
curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan
ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran
balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi
gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
haluarana urine, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah,
dan nyeri dada. Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk
memperbaiki hipovolemia.
6. Keseimbangan
air positif
Penurunan
aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada
atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon
antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan
penurunan haluaran urine melengkapi masalah dengan merangsang respons
aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik
tidak stabil, dan yang memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat
mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa
Medis :
Pengumpulan Data
1.
Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status
pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi
hal-hal berikut :
1.
Survey
Primery
Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine
control, breathing, circulation and hemorrhage control, disability,
exposure/environment). Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara
menuju paru-paru tidak terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera
langsung, edema, benda asing dan akibat penurunan kesadaran.
Pada survei primer, hal yang perlu
dikaji adalah :
1. Dangers
Kaji kesan
umum : observasi keadaan umum klien
a.
Bagaimana
kondisi saat itu
b.
Kemungkinan
apa saja yang akan terjadi
c.
Bagaimana
mengatasinya
d.
Pastikan
penolong selamat dari bahaya
e.
Hindarkan
bahaya susulan menimpa orang-orang disekitar
f.
Segera
pindahkan korban’jangan lupa pakai alat pelindung diri
2. Respons
Kaji respon / kesadaran dengan
metode AVPU, meliputi :
a.
Alert (A) : berespon terhadap lingkungan sekitar/sadar
terhadap kejadian yang dialaminya
b. Verbal (V) : berespon terhadap pertanyaan perawat
c.
Paintfull
(P) : berespon terhadap
rangsangan nyeri
d.
Unrespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus
verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
a.
Observasi
kondisi klien saat datang
b. Tanyakan
nama klien
c.
Lakukan
penepukan pundak / penekanan daerah sternum
d. Lakukan
rangsang nyeri misalnya dengan mencubit
3. Airway (Jalan Napas)
a. Lihat,
dengar, raba (Look, Listen, Feel)
b. Buka jalan
nafas, yakinkan adekuat
c.
Bebaskan
jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan teknik Head
Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma
d. Cross finger untuk
mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
e.
Finger sweep untuk
membersihkan sumbatan di daerah mulut
f.
Suctioning bila perlu
4. Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas,
keteraturan nafas atau tidak
5. Circulation (Pendarahan)
a. Lihat adanya
perdarahan eksterna/interna
b.
Hentikan
perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
c.
Perhatikan
tan da-tanda syok/ gangguan
sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal
2. Survey Sekundary
Mencari
perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam
jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head
to toe) Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah
memulai fase resusitasi. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan
secara cepat untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan.
Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau
korban lain.
Pada survei sekunder, hal yang perlu
dikaji, meliputi :
1.
Disability
Ditujukan untuk mengkaji kondisi
neurimuscular klien :
a.
Keadaan
status kesadaran lebih dalam (GCS)
b.
Keadaan
ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)
2.
Eksposure
Melakukan pengkajian head to toe
pada klien, meliputi :
a.
Pemeriksaan
kondisi umum menyeluruh
1)
Posisi saat
ditemukan
2)
Tingkat kesadaran
3)
Sikap umum,
keluhan
4)
Trauma,
kelainan
5)
Keadaan
kulit
b.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
1)
Raut Muka
a. Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
b. Ekspresi
muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan
c. Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi,
untuk memeriksa nervus V, VII.
2) Bibir
a)
Biru ( sianosis )
b)
Pucat ( anemia )
3)
Mata
a) Konjungtiva : Pucat
(anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir) pada endokarditis
bacterial
b) Skela
Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit
hati, dan lain-lain
c) Kornea
Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi
kornea ) berhubungan dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung koroner.
d) Eksopthalmus
Berhubungan dengan tirotoksikosis
c. Pemeriksaan dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri
tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara
nafas
d. Pemeriksaan
perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
e.
Pemeriksaan
tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
f.
Pemeriksaan
pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
g. Pemeriksaan
ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak, denyut
nadi, warna luka
3.Pengkajian Peralatan
Pengkajian
peralatan. Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
berfungsi dengan tepat dan bahwa pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski
perawat tidak benar-benar bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan
pada ventilator atau pengukuran parameter ventilator (biasanya ini merupakan
tanggung jawab dari ahli terapi pernapasan). Perawat bertanggung jawab terhadap
pasien dan karenanya harus mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi
status pasien secara keseluruhan.
2.2.2 Penatalaksanaan
2.2.2.1 Prehospitalisasi
Penatalaksanaan pada ventilasi
mekanik sebelum di rumahsakit tidak diketemukan, karena pemasangan ventilator
baru dilakukan di rumah sakit.
2.2.2.2 Hospitalisasi
Dalam
pemberian ventilator sebagai tenaga kesehatan
tentunya mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal pemberian ventilator sebelum dipasang adalah
dengan melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai
pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
·
Fraksi oksigen inspirasi
(FiO2) 100%
·
Frekwensi pernafasan: 10-15
kali/menit
·
Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
·
Aliran inspirasi: 40-60
liter/detik
·
PEEP (Possitive End Expiratory
Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada
pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan
untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan
oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).
Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang ICCU ini keadaan
umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan pada pasien.Penyapihan ini
adalah menurunkan secara perlahan set-set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan agar mesin
ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator.
Evalusi
·
Status Oksigenasi
·
Parameter PaO2, SpO2
·
Mencapai PaO2, SpO2 yang
diinginkan dgn FiO2 terendah
·
Variabel FiO2, Mean airway
pressure, I:E ratio
·
Bila perlu ditambah PEEP
·
Status Ventilasi
·
Parameter PaCO2
·
Variabel tidal volume, rate, dead space
·
Atur minute volume untuk PaCO2 yang
diinginkan
·
Waspada efek samping
·
Perubahan mode
·
CMV - ACV - SIMV - PS/VS - CPAP - weaning
·
Tergantung kondisi penderita, perbaikan
atau perburukan yang terjadi
·
Status hemodinamik (Terjadi
gangguan hemodinamik pada awal ventilasi mekanik)
·
Perubahan tekanan negatif ke positif VR,
SV, CO, tensi
·
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi
katekolamin , tonus simpatis , tonus vaskuler
·
Pemberian sedativa : tonus
simpatis , tonus vaskuler
·
Hipovolemia
·
Terapi vasoaktif dan cairan
Rencana Perawat Terintegrasi
·
Terapi IV
·
Imobilitasi
·
Rencana perawat untuk pasien-pasien yang
mengalami gangguan spesifik
2.2.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
b. Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan
c. Tidak efektif
bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada trakea
d. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
e. Ansietas
berhubungan dengan ancaman kematian.
f. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan utama
No
|
Diagnosa
|
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
|
NOC
v Respiratory status: gas exchange (1-5)
v Respiratory status: ventilation (1-5)
v Vital sign status (1-5)
Kriteria
Hasil:
v Mendemo
nstrasikan
peningkatan
ventilasi
dan oksigenasi
yang adekuat
v Memeliha
ra
kebersihan paru paru
dan bebas
dari tanda
tanda
distress
pernafasan
v Mendemonstrasikan
batuk
efektif dan suara
nafas yang
bersih, tidak
ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas dengan
mudah,
tidak ada pursed
lips)
v Tanda
tanda vital
dalam
rentang normal
v AGD dalam
batas
normal
v Status
neurologis
dalam
batas normal
|
NIC
Airway
management
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Ventilasi
·
Pasang mayo bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atauSuction
·
Auskultasi suara nafas, catat adanyasuara tambahan
·
Berikan bronkodilator ;
·
Barikan
pelembab udara
·
Atur intake untuk cairan mengoptimalkankeseimbangan.
·
Monitor respirasi dan status O2
·
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan,retraksi otot supraclavicular dan
Intercostals
Respiratory monitoring
·
Monitor suara nafas, seperti dengkur
·
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,biot
·
Auskultasi suara nafas, catat areapenurunan / tidak
adanya ventilasi dansuara tambahan
·
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus Mental
·
Observasi sianosis khususnya membrane Mukosa
·
Jelaskan pada pasien dan keluargatentang persiapan
tindakan dan tujuanpenggunaan alat tambahan (O2, Suction,Inhalasi)
·
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, iramadan denyut
jantung
|
2.
|
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan deprei pusat pernafasan
|
NOC:
v Respiratory status :Ventilation (1-5)
v Respiratory status :Airway patency (1-5)
v Vital sign
Status (1-5)
Kriteria hasil:
v Mendemonstrasikanbatuk
efektif dan suara
v nafas yang
bersih, tidakada sianosis dandyspneu (mampumengeluarkan sputum,mampu bernafas
dgmudah, tidakada pursedlips)
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidakmerasa tercekik, iramanafas, frekuensipernafasan
dalam rentang normal, tidakada suara nafasabnormal)
v Tanda
Tanda vital dalam
v rentang
normal (tekanandarah, nadi, pernafasan)
|
NIC
Airway
management
·
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Pasang mayo bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara nafas, catat adanya
·
suara tambahan
·
Berikan bronkodilator
·
Berikan pelembab udara Kassa basah
·
NaCl Lembab
·
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
·
keseimbangan.
Oxygen therapy
·
Monitor respirasi dan status O2
·
Bersihkan mulut, hidung dan secret Trakea
·
Pertahankan jalan nafas yang paten
·
Observasi adanya tanda tanda Hipoventilasi
·
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
·
Monitor vital sign
·
Informasikan pada pasien dan keluarga entang tehnik
relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
·
Ajarkan bagaimana batuk efektif
·
Monitor pola nafas
|
3.
|
Tidak efektif bersihan jalan napas
berhubungan dengan benda asing pada trakea
|
NOC
v Respiratory status: Ventilation (1-5)
v Respiratory status : Airway patency (1-5)
v Aspiration Control
(1-5)
Kriteria
hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
faktor yang penyebab.
v Saturasi
O2 dalam batas normal
v Foto thorak dalam batas normal
|
NIC
·
Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning.
·
Berikan O2, l/mnt,
·
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
·
Auskultasi
suara nafas, catat adanya
suara tambahan
·
Berikan bronkodilator :
·
Monitor status hemodinamik
·
Berikan pelembab udara Kassa basah NaClLembab
·
Berikan antibiotik :
·
Atur intake untuk cairanmengoptimalkankeseimbangan.
·
Monitor
respirasi dan status O2
·
Pertahankan hidrasi yang adekuat
untukmengencerkan secret
·
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentangpenggunaan peralatan : O2, Suction,
inhalasi
|
4.
|
Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
|
NOC
v Anxiety self control
(1-5)
v Coping (1-5)
v Sensory function : hearing & vision (1-5)
v Fear self
control (1-5)
Kriteria hasil :
v Komunikasi:
penerimaan, interpretasi, dan ekspresi pesan lisan tulisan, dan non verbal
meningkat
v Komunikasi
ekspresif (kesulitan berbicara): ekspresi pesan verbal atau atau non verbal
yang bermakna
v Komunikasi
resertif (kesulitan mendengar): penerimaan komunikasi verbal dan non verbal
yang bermakna
v Perolehan
informasi: klien mampu memperoleh informasi dan mengatur serta menggunakan
informasi
v Mampu
mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan berbicara
v Mampu
memanajemen kemampuan fisik yang dimiliki
v Mampu
mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
|
NIC
Comunication
enhancement : speech deficit
·
Gunakan penerjemah:jika diperlukan
·
Beri kalimat simple setiap kali bertemu, jika
diperlukan
·
Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
·
Dorong pasien untuk komunikasi secara perlahan dan
untuk mengulangi permintaan
·
Dengarkan dengan penuh perhatian
·
Berdiri didepan pasien ketika berbicara
·
Ajarkan pasien bicara esophagus jika diberlukan
·
Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang
menggunakan alat bantu bicara
·
Berikan pujian prositive, jika diperlukan
·
Anjurkan pada pertemuan kelompok
·
Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi
stimulus komunikasi
·
Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam
menyampaikan informasi
Communication
enhancement: hearing deficit
Communication
enchancment : visual defisit
Anxienty
reduction
Active
listening
|
5.
|
Ansietas berhubungan dengan ancaman
kematian
|
NOC :
v Kontrol kecemasan
(1-5)
v Koping (1-5)
kriteria
hasil:
v Klien
mampumengidentifikasi danmengungkapkan gejalacemas
v Mengidentifikasi,mengungkapkan
danmenunjukkan tehnikuntuk mengontolcemas
v Vital sign
dalam batasnormal
v Postur
tubuh, ekspresiwajah, bahasa tubuhdan tingkat
aktivitasmenunjukkanberkurangnyakecemasan
|
NIC
Anxiety
Reduction (penurunan
kecemasan)
·
Gunakan pendekatan yang menenangkan
·
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
·
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
·
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
·
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
·
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi
·
Dengarkan dengan penuh perhatian
·
Identifikasi
tingkat kecemasan
·
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
·
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
·
Kelola pemberian obat anti cemas.
|
6.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
|
NOC
v Nutrional status (1-5)
v Nutrional status: food and fluid
intake (1-5)
v Nutrional status: nutrient intake (1-5)
v Weight control (1-5)
Kriteria
Hasil:
v Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
v Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v Mempu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak
ada tanda-tanda malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat badan
|
NIC:
Nutrition Management
· Kaji
adanya alergi makanan
· Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
· Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake
Fe
· Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
· Berikan
substansi gula
· Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
· Berikan
makanan yang terpilih (sudah dikonsulkan dengan ahli gizi)
· Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian
· Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
· Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
· Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan mutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
· BB
pasien dalam batas normal
· Monitor
adanya penurunan berat badan
· Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
digunakan
· Monitor
interaksi anak atau orangtua selama makan
· Monitor
lingkungan selama makan
· Jadwal
pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
· Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
· Monitor
turgor kulit
· Monitor
mual dan muntah
· Monitor
kadar albumin, total protein, dan Hb
· Monitor
makanan kesukaan
· Monitor
kalori dan intake nutrisi
Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
|
8.
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan utama
|
NOC
v Immune Status
(1-5)
v Knowledge : Infection control (1-5)
v Risk control (1-5)
Kriteria
hasil:
v Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
v Jumlah leukosit dalam batas normal
v Menunjukkan
perilaku hidup sehat
v Status imun, gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas normal
|
NIC
Infection
control (kontrol infeksi)
·
Pertahankan teknik aseptif
·
Batasi pengunjung bila perlu
·
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudahtindakan
keperawatan
·
Gunakan baju, sarung tangan sebagaialat pelindung
·
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuaidengan
petunjuk umum
·
Gunakan kateter intermiten untukmenurunkan infeksi
kandung kencing
·
Tingkatkan intake nutrisi
·
Berikan terapiantibiotik:
·
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemikdan local
·
Pertahankan teknik isolasi k/p
·
Inspeksi kulit dan membran mukosaterhadap kemerahan,
panas, drainase
·
Monitor adanya luka
·
Dorong masukan cairan
·
Dorong
istirahat
·
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dangejala infeksi
·
Kaji suhu
badan pada pasien neutropeniasetiap 4 jam
|
2.2.4
Implementasi Keperawatan
Implementasi ialah tindakan
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan
pada rencana keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan
keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan
yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan
dapat berupa tindakan keperawatan secara independent, dependent, dan
interdependent. Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis atau
dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain. Tindakan interdependent ialah
tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien
dengan gagal napas perlu diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak
efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi
kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan
mengenai kondisi.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses
keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan
keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam
perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk
mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam
membantu asuhan keperawatan.
Hasil yang
diharapkan:
1.
Menunjukkan
pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal, dan
tanda-tanda vital adekuat.
2.
Menunjukkan
ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3.
Bebas dari
cedera atau infeksi seperti yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel
darah putih.
4.
Dapat aktif
dalam keterbatasan kemampuan.
5.
Berkomunikasi
secara efektif melalui pesantertulis, gerak tubuh, alat komunikasi lainnya.
6.
Dapat
mengatasi masalah secara efektif.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Ventilator
mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner
and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2),
peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan
pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti
pascaoperatif bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular,
cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma
semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
3.2
Saran.
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang berpengalaman
atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai
teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan
yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa
manfaat transfer dan transform teknologi dari teknologi medis
menjadi teknologi keperawatan, tidak hanya di area keperawatan kritis tapi juga
di area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan meningkatkan kualitas
praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada perawat yang
beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan
pekerjaan bagi perawat.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Ventilasi Mekanik. diakses http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html
(07 Juni 2014, 09.06)
Basuri, Chairul. 2012. Triase dalam
KGD. Diakses http://healthandnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-mekanik.html
(07 Juni
2014, 09.12)
Herdman, T. Heather .2012. Buku
NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. EGC:Jakarta
Priangga,
D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis.
Diakses http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.html
(07 Juni 2014, 09.07)
Zahar,
Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi
mekanik. diakses
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html (07 Juni
2014, 09.02)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar