Minggu, 15 Juni 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA LARING


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kanker laring adalah keganasan pada laring. Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. 
Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi tergantung stadium dan lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV membuat pasien bisa bertahan sampai 10 tahun, tetapi kalau sudah menyebar ke organ tubuh lain bisa menyebabkan kematian sebelum 10 tahun. 
Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun di Amerika dan lebih dari 50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan beberapa negara Eropa 2/3 bagian dari karsinoma laring merupakan karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis. Bailey mendapatkan 75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor laring di pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan. Di SMF THT RSUD Dr. Suetomo kami mendapatkan sebanyak 153 panderita (1991- 1995) dan 77 penderita (2000-2001). Sedangkan menurut laporan dari Bambang dkk. di Semarang (1972-1976), Empu dkk. diBandung (1975-1978), Sigit di Jakarta (1967-1979) dan Abdurrachman di Jakarta (1980-1984) masing-masing mendapatkan kasus sebanyak 69,35,162 dan 118. (Robinson,2007).
Kasus Ca Laring banyak terdapat di Indonesia dan juga dapat menyebabkan kematian, hal tersebutlah yang membuat penulis ingin mengangkat masalah tentang Ca laring dalam makalah ini yang akan dibahas dalam Bab – Bab berikut
1.2       Rumusan Masalah
1.        Apa definisi dari ca laring ?
2.        Apa saja ethiologi dari ca laring ?
3.        Apa klasifikasi dari ca laring ?
4.        Bagaimana WOC dari ca colon ?
5.        Bagaimana patofisiologi dari  ca laring ?
6.        Bagaimana manifestasi klinis dari ca laring ?
7.        Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk ca laring ?
8.        Bagaimana penatalaksanaan untuk ca laring ?
9.        Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori dari ca laring ?
1.3       Tujuan
1.        Untuk mengetahui definisi dari ca laring
2.        Untuk mengetahui etiologi dari ca laring
3.        Untuk mengetahui klasifikasi dari ca laring
4.        Untuk mengetahui WOC dari ca laring
5.        Untuk mengetahui patofisiologi dari ca laring
6.        Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ca laring
7.        Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit ca laring
8.        Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit ca laring
9.        Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan ca laing
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1       Definisi
Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung procsimal trachea.
Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr. Heidra T. Kaksman)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi (Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre Itichlitt hal 440)
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau daerah lain di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis, dan subglotis. (Suddart and Brunner)
Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang menyerang bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).
2.2       Etiologi
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a.       Faktor Lingkungan
1.      Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring (pita suara), Asap debu pada daerah industri

b.      Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
c.       Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
2.      Tembakau ( berasap / tidak )
3.      Alkohol serta efek kombinasinya
4.      Penajaman terhadap obseton
5.      Gas mustard
6.      Kayu, kulit dan logam
7.      Pekerjaan yang menggunakan suar berlebihan (penyanyi rock, ustad, dosen )
8.      Laringitis kronis
9.      Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
10.  Riwayat keluarga ca laring
11.  Asap debu pada daerah industri
12.  Laringitis kronis
13.  Perokok diatas 40 tahun atau lebih
14.  Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
15.  Epiglotis
16.  Hemophilus influenzae
2.3       Manifestasi Klinis
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glods karena tumor mengganggu pita suara selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher, gejala lanjut , termasuk kesulitan menelan ( dsifagia ) atau kesulitan bernafas ( dipsnue ). Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus limfe servikal, penurunan BB dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastasis ( Brunner & Suddart, 2002 : 556-557 ).
Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau adalah merupakan tahap lanjut. Pembesaran nodus limfa servikal, penurunan berat badan dan status kelelahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersamaam metastase.
2.4       Patofisiologi
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring ( C. Long  Barbara. 1996 : 408-409 ).
2.5       Klasifikasi
v  Tumor Ganas Laring
1.      Glotis
Tis Karsinoma insitu
a.       T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
b.      T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
c.       T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
d.      T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

2.      Subglotis
Tis karsinoma insitu
a.       T1 Tumor terbatas pada daerah subglot
b.      T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
c.       T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
d.      T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua-duanya.

v  Metastasis Jauh (M)
a.       Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
b.      M0 Tidak ada metastasis jauh
c.       M1 Terdapat metastasis jauh.

v  Stadium
Tergantung keadaan kanker (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ).
Stadium I : T1 No Mo
Stadium II : T2 No Mo
Stadium III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
Stadium IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
2.6       Deteksi Dini
2.7       Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
a.       Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
b.      Hemoragi
c.       Infeksi

2.8       Pencegahan
2.9       Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi. Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1.      Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2.      Pembedahan Parsial
a. Laringektomi parsial ( laringotomi –tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
b. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif, klien kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
c. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558 )
3.      Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval, intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian biasanya bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati.
Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ utama dan status kinerja fisik.
4.      Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
1.      Pemberian sadatif obat penenang
2.      Pemberian antiemetik anti mual muntah
3.      Pemberian antipiretik anti panas

2.10     Pemeriksaan Penunjang
a.       Sinar X thorax, scan tulang
Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. 
b.      Darah lengkap
Dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
c.       Laringografi
Dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada kanker. Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
d.      Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor. Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas. Tempat yang sering timbul kanker dapat dilihat pada gambar
e.       Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
f.       CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
g.      Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1         PENGKAJIAN
Anamnesa
Tanggal MRS                :
Tanggal Pengkajian       :
No. Registrasi                :
Diagnosa Medis             :


Pengumpulan Data
1.             Identitas
          Nama Pasien        :
          Usia                      :
          Jenis Kelamin       :
          Alamat                 :
          Pendidikan           :
          Pekerjaan              :
          Agama                  :

2.                                                                        Status Kesehatan
a.         Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b.        Riwayat penyakit sekarang
       Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit yang diderita
c.         Riwayat peenyakit dahulu
       Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
d.        Riwayat penyakit keluarga
       Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
3.                  Pola-pola fungsi kesehatan
a.         Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
       Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok, peenggunaan alkohol atau penggunaan tembakau.
b.        Pola nutrisi dan metabolisme
       Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan nafsu makan, mual atau muntah.
c.         Pola eliminasi
       Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa kali perhari.
d.        Pola istirahat tidur
       Bagaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan sebelum tidur, lama, keluhan atau masalah tidur.
e.     Pola aktifitas dan latihan
       Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada kekeruhan pada mata sebelah kanan.
f.         Pola persepsi dan konsep diri
       Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang diderita.
g.        Pola sensori dan kognitif
       Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada daerah mata.
h.        Pola reproduksi seksual
       Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami gangguan pola reproduksi seksual. Jika belum menikah (berkeluarga) maka tidak mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i.          Pola hubungan dan peran
       Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga, teman kerja dan orang lain.
j.          Pola penanggulangan stres
       Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan kopingnya.

k.        Pola tata nilai dan kepercayaan
       Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti biasanya.

4.             Pemeriksaan fisik.
a.         Keadaan umum
       Meliputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum, tingkat nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
b.        Sistem respirasi
       Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
c.         Sistem kardiovaskuler
       Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
d.        Sistem genitourinaria
       Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
e.         Sistem gastrointestinal
       Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis diit yang diberikan.
f.         Sistem muskuloskeletal
       Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada tidaknya atropi.
g.        Sistem endokrin
       Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h.        Sistem persyarafan
       Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
3.2       DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus karsinoma kolon adalah sebagai berikut :
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara).
3.      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh sel-sel tumor
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
5.      Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
6.    Potensial ketidakpatuhan terhadap program rehabilitatif dan penatalaksanaan pemeliharan di rumah

3.3       INTERVENSI

3.4       PENATALAKSANAAN
Tahap pelaksanaan adalah merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi klien secara optimal.
3.5      EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai
:
Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian
:
Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai
:
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.

BAB IV
PENUTUP
4.1     Kesimpulan

4.2     Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengenalan, pencegahan dan perawatan pasien kanker laryx dirumah sakit melalui pasien dan keluarga maupun dimasyarakat.  Agar masalah keperawatan pada pasien kanker laryx dapat teratasi dengan baik, hendaknya para perawat menerapkan asuhan keperawatan dirumah sakit sesuai dengan sistematika proses keperawatan.  Untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien kanker laryx, hendaknya memperhatikan prosedur pelaksanaan tindakan

DAFTAR PUSTAKA
Adams, Boies Higler.  1997. Buku Ajar Penyakit THT.  Jakarta : EGC.
Barbara dkk, 1998 . Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Brunner & Suddart.1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK Pajajaran
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan KeperawatanEdisi 3. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 1979. anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku ajar keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth editor Suzzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare : alih bahasa, agung waluyo...(et al) editor edisi bahasa indonesia, monika ester. Ed. 8 Jakarta:EGC. 

Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 10, Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

Nanda.2007. Diagnosa Nanda.Jakarta:EGC

Jayanto,K.D.2008.http://speech-therapy.co.cc.

Robinson.2007.http://gudangaskep.wordpress.com
Soepardi, Efiaty Assyad dkk. Telinga Hidung Tenggorok  edisi 3. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.    
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat edisi 2. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar