MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN TOF (Tetralogi of Fallot)
KARDIOVASKULER II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5/IVA
1.
Cicik Yuwita Rahayu 12.321.011
2.
Davi Ardianto 12.321.013
3.
Diah Ratna Arifatul Aida 12.321.017
4.
Erviana Wahyu Septiandari 12.321.022
5.
Jhoreta Ismiyadini 12.321.033
6.
Nur Ulan Nihayah 12.321.045
7.
Sriwulan Agustina 12.321.053
8.
Wilma Violita S.W 12.321.057
9.
Amir Faisol 12.321.121
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN
CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan
kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling
banyak dijumpai. dimana tetralogi fallot menempati urutan
keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari
seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik
Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung
bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral
akibat adanya pirau kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung
serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka
sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat (Staf IKA, 2007).
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal
yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan
terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat
kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta
(Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat
antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan
klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel
kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di
ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta merupakan
keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang
sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana
TOF ini menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah
defek septum ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih
kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara
penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan
sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor
lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk
kebanyakan penelitian dalam rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan
ini lebih sering muncul pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus
katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa
timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini.
Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan
sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat
makalah ini agar bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
khususnya pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of
fallot serta asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara
lain:
1. Apa definisi dari penyakit
tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi dari
penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi
penyakit tetralogi fallot?
4. Apa gejala dan tanda
penyakit tetralogi fallot?
5. Apa saja komplikasi dari
penyakit tetralogi fallot?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk penyakit tetralogi fallot?
7. Bagaimana pengobatan penyakit
tetralogi fallot?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara
lain:
1. Agar dapat
menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot
2. Agar dapat
menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
3. Agar dapat
menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi fallot
4. Agar dapat
menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot
5. Agar dapat
menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot
6. Agar dapat
menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi fallot
7. Agar dapat
menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi fallot
1.4 Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca khususnya seorang perawat
2. Manfaat
Praktis
Hasil
makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai Asuhan Keperawatan
Perkemihan Infeksi Saluran Kemih.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
PENGERTIAN
Tetralogi of falot (TOF) adalah kelainan jantung
congenital dengan gangguan sianosis yang di tandai dengan kombinasi 4 hal yang
abnormal meliputi Defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta,
dan hipertrofi vrentikel kanan. (buku ajar kardiologi anak, 2002).
Tetralogi of fallot (TOF) adalah defek jantung yang
terjadi secara congenital dimana secara khusus mempunyai 4 kelainan anatomi
pada jantungnya. TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada Cyianotik
Heart Defect dan juga pada Blue Baby syndrome.
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen
pada tahun 1672. Tetapi, pada tahun 1888 seorang dokter dari Perancis Etienne
Fallot menerangkan secara mendetail akan ke empat kelainan anatomi yang timbul
pada tetralogi of fallot.
TOF
merupakan penyakit jantung bawaan jantung (sianotik) yang terdiri dari 4
kalainan yaitu :
a. Defek
Septum Ventrikel ( lubang pada septum antara ventrikel kiri dan kanan)
b. Stenosis
pulmonal (penyempitan pada pulmonalis) yang menyebabkan obstruksi aliran darah dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonal.
c. Transprosisi/oferreding
aorta (katub aorta membesar dan bergeser ke kanan sehingga terletak lebih
kanan, yaitu di septum interventrikuler)
d. Hipertrofi
ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
e. Komponen
yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis
pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
2.2 ETIOLOGI
Pada
sebagaian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pati,
akan tetapi diduga karena adanya factor endogen dan eksogen. Factor-faktor
tersebut antara lain:
a.
Factor endogen
·
Berbagai jenis penyakit
genetic : kelainan kromosom
·
Anak yang lahir
sebelumnya menderita penyait jantung bawaan.
·
Lama Adanya penyakit
terlentu dalam keluarga seperti : DM, hipertensi, penyakit jantung atau
kelainan bawaan.
b.
Factor eksogen
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut
program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide,
dextroamphitamine, aminopterin, amethopterin, jamu), selama hamil, ibu
menderita rubella (campak jerman) atau infeksi firus lainnya, pajanan terhadap
sinar x, gizi yang buruk selama hamil, ibu yang alkhoholik, usia ibu diatas
40thn (sumber : ilmu kesehatan anak, 2001).
Para
ahli berpendapat bahwa penyebab eksogen dan endogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adalah multi factor. Adapun sebabnya, pajanan terhadap factor penyebab harus
ada sebelum akhir bulan ke-2 kehamilan, oleh karena pada minggu ke-8 kehamilan,
pembentukan jantung janin sudah selesai.
TOF
lebih sering ditemukan pada anak anak yang menderita syndroma down. TOF
dimasukkan kedalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah
yang sedikit mengandug oksigen keseluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis dan
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul dikemudian hari, dimana bayi
mengalami serangan sianotik baru timbul dikemudian hari, dimana bayi mengalami
sianotik karena menyusu atau menangis.
2.3
PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi
pada hari ke-18 usia kehamilan. Pada minggu ke-3 jnatung hanya berbentuk tabung
yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia
kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses
pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan
arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir
sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu
jika selama masa kehamilan terdapat factor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat
letak aorta yang abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri
pulmonalis, serta terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian, bayi kan
lahir dengan kelainan jantung denga empat kelainan, yaitu defek septum
ventrikel yang besar., stenosis pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro
posisi pangkal aorta dan hiper trofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi
ventrikel kanan yang timbul bergatung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50%
kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi
infundibuler dan valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebinya
adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih
ditempat yang normal,overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah
kearah anterior mengarah ke septum. Klasifikasi overriding menurut kjellberg: (1) tidak terdapat
overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah kebelakang ventrikel kiri,
(2)pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arh ventrikel sehingga lebih
kurng 25% orifisium aorta menghadap ke ventrikel kanan., (3) pada overriding
50% sumbu aorta mengararah keseptum sehingga 50% orifisium aorta menghadap
ventrikel kanan, (4) pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah kedepan
ventrikel kanan. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel
dan derajat stenosis menentukan besrnya pirau kanan ke kiri ( ilmu kesehatan
anak, 2001).
Karena
pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :
a.
Darah dari aorta
sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada septum
interventrikuler dan sebagian lagi barasal dari ventrikel kiri, sehingga
terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum teroksigenasi.
b.
Arteri pulmonal mengalami
stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh
lebih sedikit dari normal.
c.
Darah dari ventrikel
kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan kemudian
ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila takanan dari ventrikel
kanan lebih dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan
ke ventrikel kiri.
d. Karena
jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah kedalam aorta yang
bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal
maka lama kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel
kanan).
Pengembalian
darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan berlangsung
normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis pulmonalis,
maka dara akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke dalam
aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak troksigenasi, hal
inilah yang menyebabkan trjadinya sianosis. (ilmu kesehatan anak, 2001).
Pada
keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia
spell yang ditandai dengan : sianosis, kesulitan bernafas, pasien menjadi lemas
dn pucat, kadang pasien menjadi kejang dan pingsan.
Keadaan
ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani segera, misalnya dengan
salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada
(knee chest position).
WOC
Terpapar faktor eksogen & endogen Gangguan proses
embriologi pada janin
Selama
kehamilan trimester I-II
Kelainan
struktur jantung kongenital sianotik : Tetralogi of Fallot
Sianosis
pulmonal Defek sputum
ventrikel Overiding
aorta RVH
Obstruksi
>>>berat Tekanan sistolik puncak Kronis
Ventrikel
kanan ≥
kiri äVenous
return
Ã¥SVR (spell)
âaliran
darah paru Right-left shunt
Obstruksi aliran darah
Remodeling
Keluar dari vent kanan Percampuran darah O2-CO2 ventrikel
âO2 dalam darah
Aliran
darah rendah Stenosis
pulmonal Disfungsi
sistolik
O2 ke aorta ää ventrikel
kanan
Inosin,
xanthin Left-right sunt
Hipoksemia
(PaO2 â) Metabolisme anaerob ATPâ Degradasi adenosin hipoxanthin, &
Asam
piruvat âaliran ke aorta
Kemoreseptor Hipoksia Laktatá asidosis metabolik
|
|
Sianosis (clubbing finger)
Sumsum
tulang âO2
di otak
Bayi/anak
cepat lelah: memproduksi
Jika
berjalan, menetek, sel
darah merah âkesadaran Kejang
|
|
Polisitemia
|
2.4 MANIFESTASI
KLINIS
ü Sianosis
menetap ( Morbus Sereleus )
ü Sianosis
muncul setelah berusia beberapa bulan, jarang tampak pada saat lahir,bertambah
berat secara progresif.
ü Serangan
hypersianotik ( blue spell )
ü Peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernafasan
ü Sianosis
akut
ü Iritabilitas
system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya
menimbulkan kejang ( spells ) ,stroke dan kematian ( terjadi pada 35 % ).
ü Jari
tabuh ( clubbing fingger )
ü Pada
awal tekanan darah normal,dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami
sianosis dan polisitemia berat.
ü Posisi
jongkok klasik ( squanting ) mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas
bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenasi arteri sistemik.
ü Gagal
tumbuh
ü Anemia
menyebabkan perburukan gejala
ü Penurunan
toleransi terhadap latihan
ü Peningkatan
dyspnea
ü Peningkatan
frekuensi hyperpnea paroksismal
ü Asidosis
ü Murmur
pada batas atas strernum kiri ( stenosis paru)
ü Murmur
continue (atresia paru)
ü S2
tunggal ( klik ejeksi setelah Bunyi jantung I )
2.5
KOMPLIKASI
Komplikasi
dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit
vaskuler pulmonel
2. Deformitas
arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan
hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli
atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau
sepsis
5. Gagal
jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi
dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis
persisten
9. Efusi
pleura
10. Trombosis
Pulmonal
11. Anemia
relative
2.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan
Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2.
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan
penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
1.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu
berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar
dijumpai P pulmonal
4.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta,
overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri
pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan
untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri
koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah
2.7 INSIDENS
·
Tetralogi Falot sama
banyak dijumpai baik pada laki – laki maupun perempuan.
·
Insiden lebih tinggi
bila ibu yang melahirkan berusia tua
·
Jarang ada pasien yang
bertahan hidup sampai diatas 20 tahun tanpa pembedahan.
·
Tetralogi Fallot
mencakup 10 % dari semua defek congenital.
·
Tetralogi Fallot
mencakup 50 % orang dengan defek jantung congenital yang tidak dioperasi
yang disertai dengan penurunan aliran darah pulmoner sesudah masa bayi
·
Angka mortalitas untuk
pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5 % ( sedikit lebih
tinggi pada bayi ) dan 10 % untuk pasien – pasien yang memakai pirau.
·
10 % individu yang
bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan
2.8 PROGNOSIS
Angka
mortalitas bedah untuk operasi perbaikan total Tetralogi of Fallot adalah
kurang dari 5 %
Dengan
perbaikan teknik pembedahan, insiden disritmia dan kematian mendadak mengalami
penurunan.
Blok
jantung saat pembedahan jarang dijumpai
Gagal
jantung kongestif dapat terjadi sesudah pembedahan.
2.9 PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
MEDIS
·
Sianosis berat : beri
prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan duktus dan meningkatkan
aliran darah paru
·
Sianosi ringan :
observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan ductus, bayi ini
membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatal
Pada
penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi
lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine
sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas
natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen
dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian
5. Propanolo
l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin
1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan
volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan
sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral
2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari
dehidrasi
·
Antibiotik :
sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic
propilaksis
·
Diuresik : untuk meningkatkan
dieresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam pengobatan edema
yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
·
Digitalis :
meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta
menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung
kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali
jika pirau terlalu besar)
·
Besi untuk mengatasi
anemia
·
Betablocker (
propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas
myokard , dipakai untuk mencegah dan mengobati serangan
hypersianosis.
·
Morfin : meningkatkan
ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat pusat pernafasan dan
reflek batuk.
·
NaHCO3, sebuah
pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion
bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.
PENATALAKSANAAN
BEDAH
Tindakan
Paliatif
1. Anastomose
Blalock Taussig
Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock –
Taussig adalah intervensi palliative yang umumnya dianjurkan bagi anak yang
tidak sesuai bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi
lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke arteria pulmoner
kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau yang sangat
kecil,yang tumbuh bersama anak dan kenyataannya mudah mengangkatnya selama
perbaikan definitive.Anastomosis Blalock- Taussig yang dimodifikasi pada
dasarnya sama , namun memakai bahan prostetik,umumnya politetrafluoroetilen.
Dengan pirau ini ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah diangkat
karena kebanyakan seluruh perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih
sangat muda.
Konsekuensi
hemodinamik dari pirau Blalockn- Taussig adalah untuk memungkinkan darah
sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui arteria subklavia, sehingga
meningkatkan aliran darah pulmoner dengan tekanan rendah, sehingga menghindari
kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi status jantung
dan paru sampai anak itu cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan
aman. Sirkulasi kolateral akan muncul untuk menjamin aliran darah arterial yang
memadai ke lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan itu.
2. Anastomose
Waterston-Cooley
Anastomose Waterston – Cooley adalah prosedur
paliatif yang digunakan untuk bayi yang menurunkan aliran darah paru,seperti
Tetralogi Fallot. Prosedur ini merupakan prosedur jantung tertutup,yaitu aorta
desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior arteri
pulmoner kanan,membentuk sebuah fistula. Walaupun pirau ini sulit diangkat
selama perbaikan definitive, pirau ini pada umumnya telah menggantikan cara
anastomose Potts-Smith-Gibson, atau Potts, yang merupakan pirau end to end
antara aorta desenden dan arteria pulmoner kiri, karena secara tehnis paling
mudah dilakukan.
Respon
hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta mengalir ke
dalam arteria pulmoner , dan dengan demikian meningkatkan aliran darah
pulmoner. Prosedur ini akan mengurangi terjadinya anoksia,sianosis,dan jari
tabuh. Dalam prosedur ini dihasilkan murmur yang mirip dengan bunyi mesin.
3.Perbaikan
definitif
Dulu perbaikan tuntas Tetralogi of fallot ditunda pelaksanaanya sampai anak
memasuki masa usia prasekolah,tetapi sekarang perbaikan tersebut dapat dengan
aman dapat dikerjakan pada anak-anak yang berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi untuk
pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah polisitemia berat
( haematokrit diatas 60% ) ,hypersianosis,hypoksia dan penurunan kualitas
hidup. Pada operasi tersebut dibuat insisi sternotomi median,dan bypass
kardiopulmoner,dengan hypothermia profunda pada beberapa bayi.
Jika
sebelumnya telah terpasang pirau,pirau tersebut harus diangkat. Kecuali jika
perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,hendaknya
dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi mengganggu
fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan
dihilangkan dan dilebarkan,menggunakan dakron dengan dukungan perikard. Hindari
insufisiensi paru. Katub pulmoner diinsisi. Defek septum ventrikuli ditutup
dengan tambahan Dacron untuk melengkapi pembedahan. Pada kasus obstruksi
saluran keluar ventrikel kanan, dpaat dipasang sebuah pipa.
2.10 PENCEGAHAN
Langkah pencegahan untuk penyakit jantung kongenital
ini sebenarnya tidak diketahui tetapi langkah untukk berjaga-jaga bisa diambil
untuk mengurangi risiko mendapat bayi yang mengidap masalah jantung, yaitu: 8,
9, 10 Sebelum mengandung seseorang
wanita itu perlu memastikan ia telah mendapatkan imunisasi rubella.
Jangan
merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan. Ibu-ibu yang mengalami
penyakit kronik seperti Diabetes, Fenilketonuria (PKU), epilepsi dan kecacatan
jantung perlu mengunjungi dokter sebelum hamil.
Persatuan
Jantung Amerika (AHA) mencadangkan pemberian antibiotik pencegahan
(prophylaxis) kepada anak-anak yang menghidap endokarditis bakterialis apabila
mereka menjalani: 9, 10 Pembedahan tonsil dan adenoid. Pembedahan
gastrointestinal, saluran reproduksi dan saluran kemih. Ampicillin 50mg/kg
(maksimal 2 g) bersama gentamicin 2 mg (maksimal 80 mg) diberi 30 menit sebelum
dilakukan prosedur berkenaan. Dan hendaknya diulang 6 jam kemudian bagi kedua
obat tersebut. Obat ulangan itu boleh diganti dengan Amoxicillin 25 mg
(maksimal 1.5 g) bagi penderita dengan resiko rendah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1
Pengkajian
1.
Anamnase
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Penanggung jawab :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
No . medical record :
Tanggal masuk :
Diagnose medic :
Tanda – tanda vital :
Nadi
:
Tekanan
darah :
Pernafasan :
Suhu :
2.
Riwayat
kesehatan
Keluhan
utama / keadaan saat ini:Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
Riwayat
Penyakit keluarga : Penyakit genetic yang ada dalam keluarga : misalnya down
syndrome.Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan Riwayat
sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi
Riwayat
kehamilan: Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.Program KB hormonal, riwayat
mengkonsumsi obat – obat (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu) Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak
Jerman ) atau infeksi virus lainnya Pajanan terhadap radiasi selama
kehamilan,Ibu yang alkoholik, Gizi ang buruk selama kehamilan
Pajanan
yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena pembentukan
jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua
Riwayat
Tumbuh:
o Pertumbuhan
berat badan
o Kesesuaian
berat badan dengan usia
o Biasanya
anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan
dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit
Riwayat
perkembangan / psikososial
o Kemampuan
psikososial
o Kesesuaian
kemampuan psikososial dengan usia
o Kelainan
tumbang yang menyertai
o Mekanisme
koping anak / keluarga
o Pengalaman
hospitalisasi sebelumnya
o Perubahan
status kesadaran dan sirkulasi:
o Riwayat
kejang,pingsan, sianosis
Pola
aktifitas
o Toleransi
terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
o Posisi
tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
o Adakah
kelelehan saat menyusu
o Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
o Kemampuan
makan / minum
o Apakah
bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
o Hambatan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Tingkat
pengetahuan anak dan keluarga
o Pemahaman
tentang diagnose
o Pengetahuan
dan penerimaan terhadap prognosis
o Regimen
pengobatan dan perawatan
o Rencana
perawatan di rumah
o Rencana
pengobatatan dan perawatan lanjutan
Pemeriksaan Fisik
·
Tanda Vital
·
Suhu
·
Nadi
·
Tekanan darah
·
Pernafasan
Pemeriksaan
Fisik ( head to toe )
a. Adanya
Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi menetap ( morbus
sereleus )
b. Pada
awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah tumbuh
Berat
badan bayi tidak bertambah
c. Clubbing
finger tampak setelah usia 6 bulan
d. Auscultasi
didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai bawah
e. Dispnea
de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau pingsan
f. Pertumbuhan
dan perkembangan berlangsung lambat
g. Serangan
sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal hyperpnea ,
hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang,
sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
h. Anak
akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali.
i.
Pada auskultasi
terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah
dengan bertambahnya derajat obstruksi.
j.
Bunyi jantung I
normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
k. Bentuk
dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan.
l.
Ginggiva
hipertrofi,gigi sianotik
m. Setelah
melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk mengurangi hipoksi
dengan posisi knee chest
a.
Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen :
Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2
3.3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Rontgen
thorax: menunjukkan peningkatan atau penurunan aliran pulmoner, tak
ada bukti – bukti pembesaran jantung, bentuk seperti bot
o EKG:
menunjukkan hypertrofi ventrikel kanan, hypertrofi ventrikel kiri atau
keduanya
o Nilai
gas darah arteri : PH turun, PO2 turun,PCO2 naik
o Haemoglobin
atau hematokrit : memantau viskositas darah dan mendeteksi adanya anemia
defisiensi besi
o Jumlah
trombosit : menurun
o Ekokardiogram
: mendeteksi defek septum,posisi aorta,dan stenosis pulmoner
o Kateterisasi
jantung : peningkatan sistemik dalam ventrikel kanan, penurunan tekanan arteri
pulmoner dengan penurunan saturasi hemoglobin arteri.
o Uji
telan barium menunjukkan pergeseran trachea dari garis tengah kea rah kiri
o Radiogram
abdomen: mendeteksi kemungkinan adanya kelainan congenital lain
3.4 DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi
3. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot
4. Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport oksigen melalui
alveoli dan membrane kapiler
5. Risiko
cidera
6. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq
selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
7. Intoleransi
terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
8. Kurang
pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang
ada,kurang pengalaman.
9. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan congenital : tetralogi
of fallot
PK.
Hipoxia
PK.
Embolisme paru
3.5 INTERVENSI
NO.
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Pola nafas tidak efektif b/d hyperventilasi
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi
Penurunan curah jantung berhubungan dengan (
kelainan jantung : tetralogi of Fallot ) sirkulasi yang tidak efektif
sekunder dengan adanya malformasi jantung
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan penurunan sirkulasi ( anoxia kronis, serangan sianotik akut)
Risiko cidera
Faktor risiko internal: hypoxia jaringan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan,peningkatan
kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan
ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Kurang pengetahuan keluarga tentang
diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif ,kesahan dalam memahami informasi yang ada,kurang pengalaman.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kelaianan congenital: tetralogi of fallot
|
Menunjukkan pola pernafasan efektif dibuktikan
oleh:
Status pernafasan : kepatenan jalan nafas: jalur
nafas trakeobronchial bersih dan terbuka untuk pertukaran
gas
Status tanda vital : dalam rentang normal
NOC:
Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang
dibuktikan oleh status pernafasan : pertukaran gas tidak terganggu,dengan
indicator sebagai berikut: status mental ( missal : tingkat
kesadaran,gelisah,konfusi ),kadar PaO2,PaCO2,Ph, dan saturasi O2 dalam rentang
toleransi
NOC:
Menunjukkan curah jantung yang
memuaskan,dibuktikan dengan
status sirkulasi: tidak didapati peningkatan
cyanosis,toleransi aktifitas
status tanda vital: dalam rentang normal
NOC:
Menunjukkan perfusi jaringan cerebral yang adekuat
dibuktikan:
Status Neurologis: Kesadaran, orientasi terhadap
lingkungan, periode kejang minimal
NOC:
Risiko cidera akan menurun,dibuktikan oleh :
keamanan personal,pengendalian risiko, dan lingkungan yang aman
NOC:
Memperlihatkan status Gizi: asupan makanan dan
cairan, yang dibuktikan oleh indicator:
Makanan oral ,pemberian asi, pemberian makan lewat
slang,atau nutrisi parenteral adekuat
NOC:
Menunjukkan toleransi aktifitas yang dibuktikan
indicator sebagai berikut: tidak sesak nafas saat beraktifitas,
saturasi oksigen dalama rentang normal,tandavital dalam rentang normal
NOC:
Memperlihatkan pengetahuan keluarga: diagnostic,prognosa,perawatan
dan pengobatan yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut:
Mendiskripsikan diagnose, prognosa, perawatan dan
pengobatan pasien
NOC:
Pasien akan mencapai tingkat kesejahteraan,
kemandirian,pertumbuhan dan perkembangan tertinggi sesuai dengan status
penyakit atau ketunadayaan pasien
|
Pemantauan Pernafasan:
·
Pantau adanya pucat
dan sianosis
ü Pantau
kecepatan , irama , kedalaman dan upaya pernafasan
ü Perhatikan
pergerakan dada,amati kesimetrisan,penggunaan otot – otot bantu serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta
ü Pantau
pernafasan yang berbunyi seperti : snoring,crowing,wheezing atau gurgling
ü Pantau
pola pernafasan : takipnea, bradipnea,hyperventilasi,pernafasan kussmaul,
pernafasan biot , pernafasan Cheyne-Stokes,dan apnea
ü Perhatikan
lokasi trakea
ü Auscultasi
suara nafas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya
suara nafas tambahan
ü Pantau
peningkatan kegelisahan, ansietas dan lapar udara
ü Catat
perubahan SaO2, akhir tidal , dan nilai GDA
·
Pemantauan tanda
vital
ü Pantau
tanda vital : tekanan darah, nadi penafasan dan suhu
·
Informasikan pada
keluarga untuk tidak merokok di ruangan
·
Anjurkan keluarga untuk
memberitahu perawat saat terjadi ketidakefektifan pola nafas
·
Kolaborasi pemberian
oksigen dan obat
·
Tenangkan pasien
selama periode gawat nafas
·
Informasikan kepada
pasien sebelum memulai prosedur,untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan
perasaan kendali
·
Atur posisi pasien
untuk
·
mengoptimalkan
penafasan
NIC:
·
Pemantauan pernafasan
·
Kaji suara
paru,frekuensi dan kedalaman pernafasan
o Pantau
saturasi O2 dengan oksimetri nadi
o Pantau
hasil gas darah
o Pantau
status mental ( missal : tingkat kesadaran,gelisah,konfusi )
o Tingkatkan
pemantauan pada saat pasien mengalami penurunan kesadaran
o Observasi
terhadap peningkatan sianosis
o Auscultasi
suara nafas,tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
o Pantau
status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
·
Pemantauan tanda
vital : suhu , nadi, tekanan darah, pernafasan
·
Jelaskan pada
keluarga alas an pemnberian oksigen dan tindakan lainnya
·
Kolaborasi dokter
pentingnya pemeriksaan gas darah
·
Kolaborasi pemberian
therapy oksigen
·
Laporkan perubahan
pada data pengkajian terkait
·
Berikan obat sesuai
yang diresepkan
·
posisi pasien untuk
mengurangi dyspnea
·
Lakukan tindakan
untuk menurunkan konsumsi oksigen ( misalnya, pengendalian
nyeri,demam,kecemasan )
NIC:
Status sirkulasi:
·
Kaji adanya sianosis,perubahan
status mental,status pernafasan
o Kaji
kaji toleransi terhadap aktifitas
·
Regulasi
Haemodinamik:
o Pantau
denyut perifer,pengisisn ulang kapiler,dan suhu serta warna ekstremitas
o Pantau
dan dokumentasikan frekuensi jantung,irama ,dan nadi
o Minimalkan
stressor lingkungan dengan menciptakan suasana lingkungan yang kondusif
·
Pemantauan tanda
vital:
o Pantau
tanda vital meliputi : suhu, nadi,pernafasan dan tekanan darah
·
Jelaskan tujuan
pemberian oksigen pernasal / sungkup
·
Ajarkan pasien dan
keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah meliputi pembatasan
aktifitas,tehnik penurunan stress,pemeliharaan kecukupan asupan.
NIC:
·
Pantau tingkat
kesadaran,orientasi terhadap lingkungan
·
Pantau tanda
vital,ukuran bentuk dan kesimetrisan pupil
·
Cegah cidera jika
terjadi kejang
·
Berikan istirahat
baring
·
Kolaborasi pemberian
oksigen dan anti konvulsan saat kejang
·
Pantau respon pasien
terhadap therapy yang diberikan
·
NIC:
·
Identifikasi factor
yang mempengaruhi kebutuhan keamanan: perubahan status mental, deficit
sensorik atau motorik ( misalnya berjalan, keseimbangan )
·
Identifikasi
lingkunan yang memungkinkan risiko terjatuh :(misalnya: pengaman tempat
tidur, lantai yang licin dll )
·
Berikan edukasi untuk
mencegah cidera
·
Bantu ambulasi dini
·
Libatkan keluarga
dalam pemantauan
·
NIC:
·
Kaji kemampuan pasien
dalam pemenuhan nutrisi
·
Pantau kandungan
nutrisi dan kalori asupan
·
Timbang berat badan
pasien pada interval yang tepat
·
Berikan informasi
nutrisi yang tepat, kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
·
Anjurkan pasien atau
ibu menyusui makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan kualitas asupan
·
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan
·
Ciptakan lingkungan
yang kondusif
·
NIC:
·
Kaji tingkat
kemampuan aktifitas pasien
·
Pantau respon
kardiovaskuler terhadap aktifitas : takikardi,dyspnea,pucat,tekanan
hemodinamik, frekwensi pernafasan.
·
Jelaskan pentingnya
asupan nutrisi yang baik
·
Ajarkan tindakan
untuk menghemat energy misalnya : menyiapkan alat / benda dekat dan mudah
terjangkau
·
Ajarkan teknik
perawatan diri yang meminimalkan konsumsi oksigen
·
Libatkan keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan pasien
·
NIC:
·
Kaji tingkat
pengetahuan pasien tentang diagnose,prognosa,perawatan dan pengobatan pasien
·
Kaji kemampuan untuk
menerima informasi
·
Beri penyuluhan
terkait pengetahuan yang diperlukan
·
Kolaborasi dokter
untuk memberikan informasi tentang diagnose, prognosa dan pengobatan
·
Jelaskan program
perawatan selama di rumah sakit dan di rumah
·
NIC:
·
Lakukan
pengkajian kesehatan secara seksama : tingkat pertumbuhan dan perkembangan
dan lingkungan keluarga
·
Identifikasi masalah
pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dan buat rencana tindakannya
·
Kaji keadekuatan
asupan nutrisi
·
Pantau interaksi dan
komunikasi anak dengan orang tua
·
Ajarkan tahapan
penting perkembangan normal dan perilaku yang berhubungan
·
Bantu keluarga
membangun strategi untuk mengintegrasikan
·
Berikan aktifitas
yang meningkatkan interaksi diantara anak – anak
·
Dorong anak untuk
mengekspresikan diri melalui pujian atau umpan yang positif atas usaha –
usahanya
·
Beri mainan atau
benda – benda yang sesuai dengan usianya
·
Dukung pasien untuk
mengemban tanggungjawab perawatan diri sebanyak mungkin
·
Dukung orang tuan
untuk mengkomunikasikan secara jelas harapan terhadap tanggung jawab atas
perilaku anak.
|
3.5
IMPLEMENTASI
Implementasi
ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun /
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat
terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara
mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti
ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.
Memahami rencana
keperawatan yang telah ditentukaan
2.
Menyiapkan tenaga dan
alat yang diperlukan
3.
Menyiapkan lingkungan
terapeutik
4.
Membantu dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5.
Memberikan asuhan
keperawatan langsung
6.
Mengkonsulkan dan
memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi
dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan
personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon
klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan
implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang
didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan
standar keperawatan.
3.6
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi
tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
-
Tujuan tercapai
|
:
|
Pasien
menunjukkan perubahan dengan standart yang telah ditetapkan.
|
-
Tujuan tercapai sebagian
|
:
|
Pasien
menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
|
-
Tujuan tidak tercapai
|
:
|
Pasien
tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Kombinasi kelainan kongenital yang
dikenal sebagai tetralogi fallot antara lain defek septum ventrikuler,
pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen.
Anak dengan tetralogi fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat
beraktivitas, berat badan bayi yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan
sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan darah, foto
thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.
4.2
SARAN
1.
Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membahayakan pada masa kehamilan
2. Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan
2. Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar